Oleh : Ahmad Munir Pahlawan, S.Pd
![]() |
Doc. MAN 2 Alor |
Di masa pandemi Covid-19 mengharuskan segala sektor kehidupan manusia harus dijalani dengan berbasis pada protokoler kesehatan yang ketat. Salah satu sektor kehidupan manusia yang terkena imbas dari Covid-19 adalah sektor pendidikan. Guru sebagai tokoh sentral pada sektor pendidikan menjalani fase terberat dalam karir keprofesiannya. Mengapa demikian? Sebab guru diharuskan mengeksplorasi segala kemampuannya untuk beradaptasi secepat mungkin dengan pola pengajaran baru yang berbasis pada protokoler kesehatan. Guru dituntut untuk menjalankan tugas dan fungsinya sebaik mungkin meski tidak harus bertatap muka dengan siswa-siswinya seperti layaknya masa sebelum pandemi Covid-19.
Apa kabar bapak/ibu guru se Indonesia? Penulis yang juga sebagai seorang guru meyakini bahwa hari-harinya bapak/ibu guru di masa pandemi Covid-19 tidak sedang baik-baik saja. Berbagai beban dan tanggung jawab yang begitu berat harus dijalani dengan penuh keseriusan meski harus tertatih-tatih. Ada beban moril yang sedang dipikul, ada juga tuntutan kurikulum yang harus ditunaikan meski ditengah situasi darurat seperti sekarang ini. Tidurnya guru mungkin tidak senyenyak biasanya karena harus sering berhadapan dengan laptop atau perangkat sejenisnya untuk menunaikan tugas mendidik anak bangsa secara door to door ke rumah siswa maupun secara virtual.
Guru meski tidak berada di garda terdepan untuk melawan Covid-19 seperti layaknya tenaga kesehatan. Tapi mari kita membuka mata dan nurani kita agar jangan sekali-kali menyepelekan peran dan fungsi guru. Di tengah pandemi, guru tidak memiliki banyak waktu untuk beristirahat, guru diharuskan bersafari dari satu rumah siswa ke rumah siswa yang lain jika proses pembelajaran secara virtual terkendala. Jika jarak antar rumah siswa tidak berjauhan, maka mungkin pekerjaan guru tidak terlalu sulit, namun jika jaraknya berjauhan maka tentu pekerjaan guru pun akan semakin bertambah tingkat kesulitannya. Belum lagi, beban yang tidak kalah beratnya adalah guru harus merogoh kocek pribadinya untuk membeli paket internet atau hanya sekedar uang bensin dalam rangka bersafari ke rumah siswa. Itulah resiko belajar dari rumah bagi seorang guru, meski sulit namun harus dilakukan dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab.
Baca Juga : Reinkarnasi Kepahlawanan Pada Diri Guru
Guru punya tanggung jawab yang berlipat ganda, bahkan jauh lebih berat dari sekedar mengajar di dalam kelas. Jika di masa normal, tanggung jawab guru hanya spesifik terhadap peserta didik, namun berbeda ceritanya jika di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Tanggung jawab guru juga bersentuhan langsung dengan orang tua siswa. Maklum, kita semua harus sadar bahwa tidak semua siswa mampu mengikuti proses pembelajaran jika dilakukan secara virtual atau daring (dalam jaringan). Tingkat perekonomian orang tua siswa bersifat variatif, ada yang mampu menyediakan berbagai perangkat media belajar siswa secara mudah seperti smartphone, paket internet dan lain-lain. Namun ada juga orang tua siswa yang sulit menyediakan fasilitas semacam itu. Jangankan smartphone, kebutuhan hidup sehari-hari saja sulit dipenuhi. Oleh sebab itu, jika dihadapkan dengan persoalan demikian, maka guru diharuskan untuk mampu membangun pola 3K (komunikasi, konsultasi dan koordinasi) secara intensif dengan para orang tua siswa baik dalam rangka pemenuhan segala kebutuhan belajar di masa pandemi maupun dalam rangka ikut mengawal proses belajar siswa jika dilakukan secara virtual. Sebab jika proses belajar dilakukan secara virtual maka peran orang tua sangat vital dalam mengawal dan mengawasi proses belajar anaknya.
Belum lagi, dapat kita saksikan bahwa tingkat ketimpangan pembangunan infrastruktur di Indonesia masih menjadi masalah laten saat ini. Boleh jadi, pembelajaran secara virtual sangat mudah dilakukan di wilayah-wilayah perkotaan, namun tentu sulit dan sangat memprihatinkan jika diberlakukan di wilayah-wilayah terpencil/pedesaan. Selain karena ketidakmampuan orang tua siswa dalam menyedikan berbagai media belajar virtual seperti smartphone, paket internet dan lain-lain. Proses pembelajaran virtual di wilayah-wilayah terpencil juga harus terganjal dengan fasilitas jaringan yang kurang memadai. Hal ini semakin mempersulit kinerja guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya secara maksimal. Jika guru dihadapkan dengan persoalan semacam ini, maka solusinya adalah guru terpaksa harus bersafari dari rumah ke rumah untuk menunaikan tugas pengajarannya. Akan semakin parah jika fasilitas jalan di pedesaan pun tidak terkoneksi dengan baik, pada ujungnya guru harus rela mempertaruhkan nyawanya demi menunaikan tugas demi tugas yang tidak ringan di masa pandemi Covid-19 seperti yang terjadi saat ini.
Selain deretan permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru di masa pandemi yang sudah diuraikan diatas, hal lain yang tidak kalah penting untuk dilakukan guru adalah kewajiban untuk membuat perangkat pembalajaran. Bukan berarti ditengah situasi darurat karena pandemi Covid-19 lalu membuat guru berleha-leha, bersantai-santai dan hanya fokus menjalankan tugasnya mengajar secara virtual. Lebih dari pada itu, guru tetap wajib merancang perangkat pembelajaran meski harus disibukkaan dengan berbagai tantangan tugas di era pandemi ini. Sebagian guru memang merasa berat, bukan hanya pelaksanaannya saja yang berat, namun perancangan dasar pelaksanaannya berupa perangkat pembelajaran pun justru lebih berat. Sebab guru tidak diperkenankan untuk merancang perangkat pembelajaran berdasarkan situasi normal. Namun justru sebaliknya, guru diwajibkan untuk merancang perangkat pembelajaran yang menyesuaikan dengan situasi darurat seperti yang terjadi tahun ini. Tentu tugas guru semakin berat bukan? Penulis meyakini bahwa tugas guru memang berat di dunia namun Insya Allah akan ringan di akhirat.
Baca Juga : Dr. H. Mahsusi, M.M : Madrasah Maju, Majukan Gurunya
Peran Madrasah sebagai Pencetak Generasi Milenial Berkarakter Rosulullah SAW
Masa yang dihadapi guru pada situasi pandemi Covid-19 tahun ini sungguh sangat berat, menguji kesabaran, menantang kepekaan nurani dan menawarkan berbagai tantangan yang tidak ringan. Guru sedang diuji tingkat kreatifvitasnya, guru juga sedang dicoba kadar kekuatan dan kesabarannya. Tanggung jawab guru seluas langit dan bumi yang harus diselesaikan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Bebannya berlipat ganda, mengharuskan ketersediaan waktu yang cukup untuk memastikan bahwa setiap siswanya memperoleh hak yang sama dalam mengikuti proses belajar. Hak memperoleh pengetahuan maupun hak dalam mengenyam pendidikan di masa yang tidak normal. Hak itu diperuntukkan secara merata kepada semua siswa, baik siswa yang memiliki ketersediaan media belajar maupun siswa yang belajar ala kadarnya dari rumah. Guru tidak harus pandang bulu, melainkan harus memberlakukan semua siswa sama ibarat hukum kesetimbangan dalam fisika yaitu “Meskipun dua beban memiliki berat yang berbeda namun harus berada pada titik kesetimbangan yang sama”.
Oleh sebab itu, melalui tulisan ini penulis berpesan kepada para orang tua siswa agar mari kita memahami dan menyadari betapa beratnya beban yang dipikul guru, apalagi pada situasi pandemi Covid-19 saat ini. Orang tua tidak boleh mengabaikan perannya sebagai madrasah pertama bagi anaknya, tidak boleh juga mengucilkan peran guru apalagi melemparkan segala tanggung jawab pendidikan dan pengajaran hanya kepada guru di sekolah. Sebab Ki Hajar Dewantara berpesan bahwa : “Jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan setiap orang sebagai guru”. Para orang tua siswa harus menempatkan dirinya sebagai guru pertama bagi anaknya dan rumahnya harus dijadikan sebagai sekolah pertama bagi anaknya. Jika hal demikian sudah dilakukan, maka tugas guru akan semakin mudah karena terjadi simbiosis mutualisme (Hubungan saling menguntungkan antara orang tua siswa sebagai guru pertama informal di rumah dan guru kedua formal di lembaga pendidikan). Orang tua siswa harus membantu tugas guru karena sekuat-kuatnya guru dalam mendidik siswa, orang tua tetap punya tanggung jawab yang besar. Akan sia-sia dan kurang maksimal usaha guru manakala orang tua siswa tidak ikut berperan aktif.
Selain itu, pada momentum menyongsong hari guru yang bertepatan pada tanggal 25 November nanti, para pemangku kebijakan juga diharapkan untuk memperhatikan nasib jutaan guru yang sedang berjuang mengubah wajah bangsa ini. Jangan pernah mengorbankan nasib guru, hak hidupnya harus dijamin dengan baik, jangan juga mengebiri kesejahteraannya. Di era pandemi ini, seyogianya guru harus diperlakukan sama dengan tenaga medis yang sedang berjibaku melawan pandemi Covid-19. Sebab para tenaga medis boleh saja berjuang menyelamatkan ribuan nyawa manusia dari badai Covid-19, namun di posisi yang berbeda, guru juga tengah berjuang untuk menyelamatkan para generasi bangsa dari badai kebodohan di era pandemi Covid-19 ini. Jika pada masa pandemi ini, guru tidak melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik layaknya tenaga medis maka akan hancur perjalanan bangsa ini satu dekade kedepan. Ribuan nyawa boleh saja diselamatkan oleh para tenaga medis. Namun terlepas dari itu, ribuan nyawa itu pun juga berhasil diselamatkan oleh para guru dari badai kebodohan karena guru tak pernah menyerah untuk menebarkan panji keilmuannya kepada setiap insan.
Pada akhirnya, di momentum peringatan hari
guru pada tanggal 25 November nanti yang bertepatan dengan tahun mewabahnya
pandemi Covid-19 ini, semoga guru tetap memegang teguh perannya sebagai penebar
kebaikan. Guru juga tetap berada di garda terdepan dalam mengumandangkan suara
perubahan dan guru tetap mampu menjadikan dirinya sebagai pemuas dahaga insan
yang haus akan ilmu pengetahuan. Di samping itu, semoga guru tetap setia
meneguhkan ikhtiar keteladanan sebagai pihak yang pantas digugu dan ditiru.
Tentu kita berharap semoga bukan hanya siswa yang menggugu dan meniru segala
yang ada pada diri guru. Namun, keteladanan guru juga mampu menjalar ke setiap
sendi-sendi kehidupan manusia secara umum yang pada ujungnya para orang tua
siswa, para pemangku kebijakan dan masyarakat luas pun ikut menjadikan guru
sebagai potret keteladanan yang layak untuk digugu dan ditiru. Di momentum
peringatan hari guru tahun ini, kita juga patut berdoa dengan penuh kekhusyuan
agar badai Covid-19 ini segera berlalu sehingga guru bisa bebas menjalankan
tugas dan fungsinya tanpa harus takut dengan ancaman wabah Covid-19.
0 Komentar
Terima Kasih telah mengunjungi dan memberikan saran komentar terhadap konten blog ini.