Header Ads Widget

test

Info Slide

18/recent/ticker-posts

Peran Madrasah sebagai Pencetak Generasi Milenial Berkarakter Rosulullah SAW

Oleh : Nurul Sitti Khadijah B. Abdullah, S.Pd *

Doc. MAN 2 Alor

Tahun 2020 menjadi tahun terberat sepanjang 1 dekade terakhir. Bagaimana tidak, tahun ini dimulai dengan keberadaan virus yang melanda dunia, yang mengharuskan semua penduduk bumi tertib terhadap kesehatan dan menjaganya ditambah dengan masalah yang terjadi pada  pemuda-pemudi di Indonesia yang telah mengalami kemunduran terutama dalam hal karakter. Faktanya, berita yang dapat diakses baik cetak maupun elektronik banyak memuat masalah yang terjadi di kalangan usia muda. Miris mendengarnya. Pemuda-pemudi yang menjadi harapan penerus estafet kepengurusan bangsa, menjadi pemeran keburukan dan kejahatan di masyarakat. Hal ini menyedot perhatian semua pihak, terutama umat Islam yang menjadi mayoritas penduduk secara statistik di negara ini.

Berbicara tentang Islam, sebenarnya telah ada jawaban atas masalah apapun yang menimpa umat manusia. Islam adalah ajaran yang luas (universal) dan luwes (fleksibel). Hal ini didasari oleh pesan Nabi Shallallaahu ‘alayhi wa sallam ketika hendak meninggalkan dunia. “Aku tinggalkan kalian dua perkara yang jika kalian ikuti maka akan selamat. Jika tidak, maka akan celaka. Itulah Al-Qur’an dan as-sunnah....” (Al-Hadits). Hadits ini memberikan makna tersirat bahwa ajaran Islam yang termuat dalam Al qur’an dan As-sunnah siap digunakan dalam hidup dengan waktu kapanpun, dan dalam kondisi bagaimanapun.
 
Fase-fase penting dalam hidup Nabi terjadi pada masa yang relatif muda. Beliau diberikan wahyu pertama kalinya ketika berusia 40 tahun. Sebelum itu, di usia belasan tahun beliau telah menjadi “entrepreuner”, konsultan dan agen marketing yang hebat dan diakui. Hal itu juga yang menjadi pertimbangan Khadijah sebagai investor dan pemilik barang mempercayakan beliau menurus bisnisnya. 
 
Sifat Nabi yaitu amanah, shiddiq (selalu berkata jujur), fathanah (cerdas) dan tabligh (selalu menyampaikan) segala hal baik tentang ibadah maupun muamalah secara lisan maupun perbuatan   menjadikan beliau sebagai “uswatun hasanah” yang disampaikan Allah dalam Surah Al-Ahzab (33) ayat 21 yang artinya “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-otang yang mengharap Rahmat Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan banyak mengingat Alllah”
 
Menurut tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia, kata “Uswah” merupakan bentuk masdar dari asaa’-ya’suu-aswan-asan yang berarti mengikuti (iqtidaa’) atau nama dari sesuatu yang diikuti. Akar katanya adalah alif, sin, waw yang berarti menyembuhkan dan memperbaiki, mendamaikan (al mudaawah wa islah). Hubungan antara arti memperbaiki, mengobati, mendamaikan dengan arti panutan yang merupakan arti dari kata “uswah”, adalah karena orang yang memiliki pekerjaan sebagai pendamai,  orang yang mengobati, patut dijadikan panutan. 
 
Ayat tersebut berisikan peringatan Allah yang ditujukan kepada orang-orang munafik bahwa sebenarnya mereka bisa menjadkan Rasulullah sebagai contoh teladan dan panutan yang baik. Rasulullah adalah seorang yang kuat imannya, berani, tabah, sabar, lembut, sepenuhnya percaya terhadap takdir Allah, dan memiliki akhlak yang mulia.
 
Karakter tersebut yang kini menjadi krisis pada umat Islam, terlebih di kalangan para pemuda-pemudinya. Di kalangan siswa, bahkan tak sedikit yang merasa rugi jika menyampaikan kebutuhan sekolah pada orangtuanya dengan jujur. Lisan mereka dipenuhi dengan “dzikir” kata-kata kotor yang berakibat pada hal buruk yang disampaikan. Fenomena yang banyak terjadi adalah  bangga dengan globalisasi, pasar bebas, dan keterbukaan yang lain, tetapi sebenarnya belum siap dengan konsekuensi yang harus dihadapi sebab modal dasar diri belum kuat.
 
Era yang kini sedang dan akan dihadapi adalah era dimana semua akses informasi serba mudah dan murah. Tak hanya itu, kegiatan-kegiatan yang pada masa lalu hanya bisa dilakukan secara tatap muka langsung, kini tak lazim lagi dilakukan secara tidak langsung, atau dikenal dengan istilah daring. Hal ini bagai pisau yang memiliki dua mata. Jika tak siap dengan modal akidah yang membentuk akhlak baik, maka keadaan ini dapat menjadi senjata yang membahayakan. Namun jika akidah telah tertanam dengan baik dan akhlak telah tercermin, maka dapat dimanfaatkan untuk alat pengembangan diri, terlebih para pemuda-pemudi masa kini. 
 
Kementerian Agama yang di bawahnya terdapat Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki peran yang lebih besar dalam menghadapi realita ini sebab pelajaran Agama di Madrasah yang porsinya lebih banyak dibanding sekolah umum lainnya. Disamping itu, pelajaran Agama dapat terintegrasi dengan pelajaran umum lainnya sebab ajarannya yang fleksibel. 
 
Oleh sebab itu, melihat kondisi pemuda-pemudi yang sudah sangat memprihatinkan, Madrasah melalui pelajaran Agamanya dapat mengambil peran. Pelajaran-pelajaran Agama bukan lagi tentang teori semata. Caranya  siswa diajak mengamati fenomena di masyarakat, kemudian guru memberi stimulus untuk menganalisa solusinya. Siswa dapat menjadi juru dakwah, menyampaikan hal yang semestinya. Namun sebelum pada tahap itu, guru dan siswa telebih dahulu menerapkannya, sebab jika tidak, maka akan menjadi boomerang bagi guru dan siswa. Allah memperingatkan hambaNya yang beriman dalam QS. As-Saff ayat 2-3 yang artinya “hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangat dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. 
 
Penjelasan tafsir yang disampaikan oleh tim Kementerian Agama tentang ayat ini adalah Allah mencela orang-orang yang menganjurkan berbuat kebaikan tetapi yang menyuruh tidak berusahadengan sekuat tenaga melaksanakannya. Dia atau mereka menganjurkan sesuatu, namun tidak berusaha melakukannya merupakan perbuatan yang dibenci Allah dan merupakan perbuatan kaum munafik. 

*) Penulis adalah guru Matematika pada MAN 2 Alor

 

Posting Komentar

0 Komentar