Dok.MAN 2 Alor
MAN 2 Alor (Fisika) - Permainan lato-lato alias nok-nok kian digemari anak-anak pada masa kini. Permainan ini mendadak viral dan digandrungi. Anak-anak hingga orang dewasa kini memainkannya dimana-mana. Saking viralnya, lato-lato banyak muncul di berbagai postingan video di Tik Tok
maupun media sosial lainnya. Kepopulerannya makin semarak setelah Presiden RI Joko Widodo dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memainkannya saat berkunjung ke Subang. Permainan legendaris ini sudah ada sejak zaman dulu dan mulai heboh dan populer kembali di tahun ini. Namun, tahukah kamu kalau permainan ini sebelumnya diciptakan buat alat pembelajaran fisika?
Melansir dari Washington Post, awalnya, clacker atau knockers, nama asli lato-lato di Amerika ternyata memang dibuat sebagai alat pembelajaran ilmu fisika. Bandulan plastik pada mainan ini digunakan untuk menjelaskan pada anak mengenai Hukum Newton, Hukum Kekekalan Momentum dan Tumbukan. Jika dibenturkan, bola-bola pada lato-lato ini akan memantul, memukul bola lainnya secara terus-menerus sebelum berhenti.
(Gambar Lato-lato)
Lato-lato juga menerapkan Hukum Fisika yang disebut Tumbukan Lenting Sempurna, yaitu tumbukan di mana tidak ada kehilangan energi kinetik setelah tumbukan, momentumnya tetap, dan tidak berubah atau disebut Hukum Kekekalan Momentum. Hukum ini terjadi ketika dua benda bertumbukan dari arah berlawanan, maka benda tersebut akan berpisah dan kembali ke arah dia berasal dengan kecepatan yang sama seperti sebelum ia bertumbukan.
Lato-lato bukanlah permainan yang hanya ada di Indonesia. Mainan ini juga pernah jadi tren di banyak negara, termasuk Amerika Serikat. Di negeri Paman Sam, permainan lato-lato pernah disebut mainan "Bola dari Neraka". Lato-Lato yang dimainkan dengan cara mengayunkan kedua bola sehingga keduanya saling memukul dan mengeluarkan suara ini ternyata pernah tak disukai oleh sebagian warga Amerika. Suara yang dihasilkan pernah membuat para orang tua di Amerika Serikat marah. Bagi mereka, mainan ini berisik dan mengganggu, apalagi jika dimainkan dan dibunyikan secara terus-menerus. Meski suara tersebut turut menjadi suara yang membuat masa kanak-kanak berharga, menurut laporan The Washington Post pada Oktober 1990, pada masa itu, guru-guru di sejumlah sekolah di Amerika Serikat sempat melarang mainan ini masuk ke sekolah-sekolah dasar.
Mengutip National Geography Indonesia, pada tahun tersebut, toko-toko di Museum Udara & Luar Angkasa Smithsonian Institution dan Museum Sejarah Amerika telah menjual 12.000 lato-lato asli dengan harga sekitar Rp 70 ribu per mainan. Para pedagang kaki lima di Washington bahkan pernah membuat mainan tiruan berwarna merah muda, hijau, dan kuning yang lebih murah, dengan harga sekitar Rp 18 ribu yang membuat mainan ini semakin terkenal di Amerika Serikat kala itu.
Serupa dengan Lato-lato, dalam kehidupan sehari-hari, kita biasa menyaksikan benda-benda saling bertumbukan. Banyak kecelakaan yang terjadi di jalan raya sebagiannya disebabkan karena tabrakan (tumbukan) antara dua kendaraan, baik antara sepeda motor dengan sepeda motor, mobil dengan mobil maupun antara sepeda motor dengan mobil. Demikian juga dengan kereta api atau kendaraan lainnya.
Hidup ini tidak terlepas dari adanya tumbukan. Ketika bola ditendang oleh David Beckham, pada saat itu juga terjadi tumbukan antara bola dengan kaki David Beckham. Tanpa tumbukan, Sepak Bola tidak mungkin ada, permainan billiard pun tidak akan pernah ada. Demikian juga dengan permainan kelereng kesukaanmu ketika masih kecil. Masih banyak contoh lainnya yang dapat anda temui dalam kehidupan sehari-hari. ***AMP
Download Bahan Ajar Tumbukan pada Lato-lato :
0 Komentar
Terima Kasih telah mengunjungi dan memberikan saran komentar terhadap konten blog ini.