Header Ads Widget

test

Info Slide

18/recent/ticker-posts

Menggapai Kehidupan Yang Harmonis


Dari Abi Dzar Jundub bin Junadah, dan abi Abdurrahman Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhuma, Rosulullah SAW berkata : "Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan iringilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji.”

(HR. Tirmidzi)


Asbabul Wurud 

Dalam Assohihaini disebutkan bahwa Ibnu Abbas telah meriwayatkan ketika Abu Dzar menyatakan keislamannya di Makkah maka Rosulullah SAW berkata kepadanya : “Kebenaran bagi kaummu dengan harapan Allah SWT memberikan manfaat kepada mereka.” Kemudian Rosulullah mengajarkan Agama Islam dan membacakan Al Quran kepadanya seaya berkata : “Janganlah sekali-kali engkau menyatakan keislamanmu di kota Makkah ini, aku khawatir orang-orang akan membunuhmu.” Namun karena tekadnya yang begitu kuat sehingga ia mendatangi kaum Qurays dan mengumumkan keislaman dan keimanannya kepad Allah SWT dan Rosulullah SAW, lalu Ia pun dianiaya oleh kaum Qurays tersebut. Bersamaan dengan kejadian tersebut datanglah Abbas bin Abdul Muthalib seraya berkata : “Celakalah kalian, apakah kalian akan membunuh orang Ghifar, padahal kafilah kalian akan bepergian melewati perkampungan Ghifar? ” Maka mereka pun membubarkan diri.

Mendengar kejadian tersebut Rosulullah SAW  memerintahkan kepada Abu Dzar untuk segera kembali kepada kaumnya al Ghifar di kampungnya. Namun ketika beliau melihat betapa Abu Dzar sangat berkeinginan untuk tinggal bersamanya di kota Makkah maka Rosulullah SAW memberitahun ketidakmungkinannya kepada Abu Dzar, lalu beliau berpesan  : “Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan iringilah keburukan dengan kebaikan karena kebaikan akan menghapus keburukan itu, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” 

Kandungan Hadits 

Hadits di atas memberikan isyarat kepada kita bahwa untuk mencapai kehidupan yang harmonis, maka seorang hamba harus mampu mengaplikasikan tiga niai-nilai dasar dalam kehidupan ini, yaitu 1) Mencintai Allah dimanapun kita berada, 2) Mencintai diri sendiri dengan selalu memperbaiki kesalahan diri, dan 3) Berakhlak baik terhadap sesama manusia.


1. Mencintai Allah SWT dimanapun kita berada 

Mencintai Allah SWT berarti berarti menjalankan segala perintah-Nya, baik perintah mengerjakan (amr) maupun perintah meninggalkan (nahy). Hamba yang mencintai Allah dengan sepenuh hati akan memperoleh gelar Muttaqin.

Umar bin Khotob dan Ubay bin Ka’ab mengibaratkan hamba yang bertaqwa seperti  halnya seseorang yang berjalan di jalanan yang penuh dengan duri, dia akan selalu berhati-hati dalam melangkahkan kakinya, demikianlah arti takwa.

Pesan pertama ini mengisyaratkan kepada kita akan betapa pentingnya takwa kepada Allah SWT dimanapun kita berada. Disaat menyendiri maupun dalam keramaian, disaat sedih maupun dalam kegembiraan. Terkadang ketakwaan hamba muncul disaat-saat tertentu dan hilang di waktu yang lain. Ketika seorang hamba mengalami kesulitan dalam kehidupan dunia maka kadar ketakwaannya pun akan lahir dalam jiwa dan perilakunya, namun sebaliknya ketika seorang hamba tenggelam dalam kegembiraan dan kesenangan dunia maka nilai katakwaan akan hilang dari dalam jiwanya.

Pentingnya ketakwaan tersebut pun digambarkan oleh Allah SWT di dalam Al Quran al-Karim “Hai orang-oarng yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benarnya takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan (beagama) islam.” (QS. Ali Imron : 102).
2. Mencintai diri dengan selalu memperbaiki kesalahan diri dengan berbuat kebajikan 

Setiap orang pernah melakukan kesalahan “al-Insanu mahallul khoto’ wannisyan” manusia itu tempatnya salah dan lupa. Tidak ada seorang manusiapun di dunia ini yang terbebas dari salah dan lupa. Hari ini seorang hamba melakukan kesalahan baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Kesalahan yang disadari akan menghantarkan hamba yang beriman untuk selalu memohon ampun kepada Allah SWT, sedangkan kesalahan yang tidak disadari akan menjemrumuskannya ke dalam kesesatan yang sangat dalam. Oleh sebab itu, berbuat baik merupakan sebuah tips yang diberikan oleh Rosulullah SAW kepada setiap hamba agar selalu menjaga kefitrahan dirinya, karena  perbuatan baik tersebut dapat menghapuskan kesalahan yang telah dilakukan olehnya. Dosa yang merugikan diri sendiri dapat dibersihkan dengan bersedekah. Rosulullah SAW bersabda “Sedekah itu menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api”. Ada sebagian orang yang ketika sakit dia akan memberikan sedekah kepada orang yang benar membutuhkannya. Hal ini dikarenakan segala penyakit yang kita alami adalah karena kesalahan yang kita lakukan, dan ssedekah merupakan obat penawarnya. 


Sedangkan dosa yang dilakukan terhadap orang lain maka obat penawarnya adalah memohon maaf kepadanya dan memohon ampunan kepada Allah SWT. Mohon maaf merupakan hal yang bagi sebagian orang sangat sulit untuk dilakukan dengan berbagai alasan pembenaran. Padahal Rasulullah SAW selalua minta maaf kepada para sahabatnya jika terdapat kelasahan Beliau SAW lakukan, baik sengaja maupun yang tidak disengaja, sebagaimana yang diceritakan dalam kisah Ibnu Ummi Maktum yang diperintahkan oleh Rosulullah untuk mencambuk badanya yang mulia karena sebuah kesalahan yang terjadi tanpa sengaja dalam perang badar. Rosulullah rela membuka bajunya semata-mata untuk mencari kerelaan dari sabat tersebut, akhir dari kisah tersebut beliau memeluk ibnu Ummi Maktum seraya berkata “Inilah orangnya, yang membuat aku ditegur oleh Allah… (QS. Abasa)”. 

3. Berakhlak baik terhadap sesama manusia

Tujuan utama diutusnya Rosulullah SAW kepada ummat manusia adalah untuk menyempurnakan akhlak terpuji. “Sesungguhnya perutusanku ini adalah untuk menyempurnakan (memperbaiki) makarimal akhlak (ahlak manusia yang terpuji).” 

Berakhlak mulia merupakan sebuah keharusan bagi setiap muslim. Seorang hamba yang tidak memiliki akhlaqul karimah hanya akan mendekatkan dirinya dengan siksaan api neraka. Diantara sebagaian akhlak terpuji adalah akhlaq terhadap tetangga. Betapa pentingnya berakhlak mulia sehingga Rosulullah SAW mengukur keimanan seseorang itu terlihat dari sejauhmana perilakunya dalam kehidupan bermasyarakat. Dari Abu Syuraih RA, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman.” Sahabat bertanya : “Siapa itu Ya Rasulullah?” Rosulullah SAW menjawab : “yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (HR. Bukhari)

Demikian pesan Rosulullah SAW kepada sahabatnya – Abu Dzar Al Ghifari – sebagai bekal baginya dalam menjalani kehidupan sosial kemasyarakatan. Semoga pesan ini menjadi bagian penting dalam kehidupan kita, yang dapat diamalkan dalam kehidupan keseharian guna menciptakan kehidupan yang harmonis di dunia dan akhirat, baldatun thoyyibatun wa robbun ghofurAmin ya robbal ‘alamin. 

Download Materi



Posting Komentar

0 Komentar