Dari ibnu Abbas rodiyallahu ‘anhu, sesungguhnya
Rosulullah sollallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Ada empat perkara,
barang siapa diberi perkara itu, berarti ia benar-benar telah diberi kebaikan
dunia dan akhirat, yaitu : lisan yang selalu berzikir (kepada Allah), kalbu
yang selalu bersyukur (kepada-Nya), tubuh yang sabar dalam menghadapi cobaan,
dan istri yang mau dinikahi bukan karena takut celaka atau mengharap harta
(suaminya).”
(HR. Thabrani)
Islam menjelaskan bahwa kesempurnaan hidup seorang hamba terletak pada kemampuannya dalam meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah SWT : ”Dan diantara mereka orang yang berdoa : Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al Baqoroh [2] : 201)
Berkaitan
dengan ayat di atas, Rosulullah sollallahu ‘alaihi wa sallam memberikan berbagai
strategi kepada kita untuk berusaha meggapai kebahagiaan dunia dan akhirat,
salah satunya melalui hadits yang diriwayatkan oleh ibnu Abbas rodiyallahu
‘anhu. Rosulullah sollallahu ‘alaihi wa sallam berkata barang siapa yang
memiliki empat perkara ini berarti ia benar-benar telah diberi kebaikan dunia dan
akhirat.
Empat perkara tersebut adalah :
1. Lisan yang selalu
berzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala
2. Kalbu yang selalu bersyukur kepada Allah subhanahu
wa ta’ala
3. Tubuh yang sabar dalam menghadapi cobaan
Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran seorang
hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten dalam menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi
berbagai macam cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : “Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila
kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh.” (Al Fawa’id, hal. 95).
Syaikh Muhammad
bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menklasifikasikan sabar menjadi tiga bagian, yaitu : 1) Bersabar dalam
menjalankan ketaatan kepada Allah; 2) Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah; dan 3) Bersabar dalam menghadapi takdir Allah yang
dialaminya, berupa berbagai hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di
luar kekuasaan manusia ataupun yang berasal dari orang lain. (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)
Allah ta’ala berfirman
: “Dan sungguh
telah didustakan para Rasul sebelummu, maka mereka pun bersabar menghadapi
pendustaan terhadap mereka dan mereka juga disakiti sampai tibalah pertolongan
Kami...” (QS. Al An’aam : 34)
4. Istri yang dinikahi bukan karena takut atau mengharap
harta suaminya
Allah menempatkan
kaum wanita pada deretan pertama dan teratas di antara berbagai kesenangan
hidup dunia. Rosulullah sollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Dunia
adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita solehah.” (HR.
Muslim dan Ahmad). Hal ini menunjukkan betapa pentingnnya peranan wanita dalam
kehidupan ini. Kebahagiaan dan kemuliaan sebuah rumah tangga tergantung pada
ketaatan wanita (isteri) terhadap aturan-aturan agama, sebaliknya kehancuran akan
terjadi jika wanita (isteri) tidak lagi mengindahkan nilai-nilai agama
tersebut. Ini berarti bahwa islam menghendaki para wanita menjadi pribadi yang “mahal
harganya”, yang menjadi ciri dari wanita solehah. Allah SWT. berfirman :“...Wanita
(istri) shalehah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak
ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka....” (An-Nisa: 34)
Sebagian
dari gambaran wanita solehah yaitu wanita yang mampu menjaga diri, suami dan
anak-anaknya, wanita yang mampu menjaga harta suami dan rumah tangganya, dan
wanita yang selalu mensyukuri apa yang Allah anugerahi melalui usaha suaminya,
banyak maupun sedikit. Pembaca
yang dirahmati Allah, Inilah empat hal yang apabila telah dimiliki oleh seorang
hamba maka hakekatnya dia telah menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Akhirul
kalam, semoga kita mampu meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan
berpedoman pada petunjuk yang telah diberikan oleh Allah dan Rosul-Nya. Amin
ya robbal ‘alamin.***
0 Komentar
Terima Kasih telah mengunjungi dan memberikan saran komentar terhadap konten blog ini.