Header Ads Widget

test

Info Slide

18/recent/ticker-posts

MENGGAPAI KEBAHAGIAAN DUNIA DAN AKHIRAT

عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِي الله عَنْهُمَا أنّ النبيّ صلّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ  : أربَعٌ مَنْ أُعطِيَهُنَّ فَقَدْ أُعطِيَ خَيرَ الدُّنْيَا وَالآخِرةَ :قَلبًا شَاكرًا ولِسانًا ذَاكِرًا ، وبَدَنا على البَلاَءِ صَابرًا ، وزَوجَةً لا تَبغِيْهِ حَوْبًا في نَفسِهَا وَمَالِه  (رواه الطبراني في الكبير والأوسط وإسناد أحدهما جيد)

Dari ibnu Abbas rodiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rosulullah sollallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Ada empat perkara, barang siapa diberi perkara itu, berarti ia benar-benar telah diberi kebaikan dunia dan akhirat, yaitu : lisan yang selalu berzikir (kepada Allah), kalbu yang selalu bersyukur (kepada-Nya), tubuh yang sabar dalam menghadapi cobaan, dan istri yang mau dinikahi bukan karena takut celaka atau mengharap harta (suaminya).”
(HR. Thabrani)

Islam mengajarkan kepada umat manusia bahwa kehidupan dunia merupakan salah satu estafet kehidupan yang akan mengantarkannya kepada hidup yang kekal abadi, yaitu kehidupan akhirat. Hakikat dunia adalah “ladang”, tempat menanam amal kebajikan untuk dimanfaatkan di kehidupan akhirat, “Ad-dunya mazro’atul akhiroh.” Namun demikian dunia dengan segala kemegahannya telah menipu sebagian besar umat manusia, tipuan yang menjadikan manusia lupa akan kehidupan selanjutnya yang kekal abadi. Allah SWT :”Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan Allah serta keridhoan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al Hadid : 20) 

Islam menjelaskan bahwa kesempurnaan hidup seorang hamba terletak pada kemampuannya dalam meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah SWT : ”Dan diantara mereka orang yang berdoa : Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al Baqoroh [2] : 201)

Berkaitan dengan ayat di atas, Rosulullah sollallahu ‘alaihi wa sallam memberikan berbagai strategi kepada kita untuk berusaha meggapai kebahagiaan dunia dan akhirat, salah satunya melalui hadits yang diriwayatkan oleh ibnu Abbas rodiyallahu ‘anhu. Rosulullah sollallahu ‘alaihi wa sallam berkata barang siapa yang memiliki empat perkara ini berarti ia benar-benar telah diberi kebaikan dunia dan akhirat.

Empat perkara tersebut adalah :

1. Lisan yang selalu berzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala

Rosulullah sollallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Perumpamaan orang yang ingat kepada Rabb-nya dengan orang yang tidak ingat Rabb-nya laksana orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR. Al-Bukhari). Berdzikir berarti mengingat Allah subhanahu wa ta’ala baik di dalam hati, ucapan, maupun perbuatan. Mengingat Allah akan melahirkan hidup yang terarah. Dengan mengingat Allah apa pun yang kita lakukan akan didasari dengan niat mendapatkan keridhaan-Nya. Mengingat Allah subhanahu wa ta’ala pun akan menempatkan kedudukan seorang hamba menjadi orang yang terbaik di kehidupan akhirat nanti. Rosulullah sollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dari Abu Hurairah rodiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah sollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang mengucapkan kalimat ‘subhanallah wa bi hamdih’ di pagi dan sore hari sebanyak 100 x, maka tidak ada yang datang pada hari kiamat yang lebih baik dari yang ia lakukan kecuali orang yang mengucapkan semisal atau lebih dari itu.(HR. Muslim).
 

2. Kalbu yang selalu bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala

Syukur adalah menggunakan karunia Allah sesuai dengan perintah-Nya. Syukur merupakan salah satu jalan untuk mengenal Allah. Mengetahui nikmat Allah merupakan rukun dari syukur. Sedangkan mengetahui hakekat nikmat dapat diwujudkan dengan adanya pujian dan pengakuan kepada Allah, adanya kesaksian dan kecintaan kepada Allah, dan adanya ketundukan dan ketaatan kepada Allah yang diiringi dengan penuh keikhlasan. Karena sesungguhnya hanya Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan nikmat kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman : “Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi ? tidak ada Tuhan selain Dia; Maka Mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?” (QS. Fathir: 3)


3. Tubuh yang sabar dalam menghadapi cobaan
Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten dalam menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : “Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh.” (Al Fawa’id, hal. 95).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menklasifikasikan sabar menjadi tiga bagian, yaitu : 1) Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah; 2) Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah; dan 3) Bersabar dalam menghadapi takdir Allah yang dialaminya, berupa berbagai hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar kekuasaan manusia ataupun yang berasal dari orang lain. (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)
Allah ta’ala berfirman : “Dan sungguh telah didustakan para Rasul sebelummu, maka mereka pun bersabar menghadapi pendustaan terhadap mereka dan mereka juga disakiti sampai tibalah pertolongan Kami... (QS. Al An’aam : 34)


4. Istri yang dinikahi bukan karena takut atau mengharap harta suaminya

Allah menempatkan kaum wanita pada deretan pertama dan teratas di antara berbagai kesenangan hidup dunia. Rosulullah sollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita solehah.” (HR. Muslim dan Ahmad). Hal ini menunjukkan betapa pentingnnya peranan wanita dalam kehidupan ini. Kebahagiaan dan kemuliaan sebuah rumah tangga tergantung pada ketaatan wanita (isteri) terhadap aturan-aturan agama, sebaliknya kehancuran akan terjadi jika wanita (isteri) tidak lagi mengindahkan nilai-nilai agama tersebut. Ini berarti bahwa islam menghendaki para wanita menjadi pribadi yang “mahal harganya”, yang menjadi ciri dari wanita solehah. Allah SWT. berfirman :“...Wanita (istri) shalehah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka....” (An-Nisa: 34)

Sebagian dari gambaran wanita solehah yaitu wanita yang mampu menjaga diri, suami dan anak-anaknya, wanita yang mampu menjaga harta suami dan rumah tangganya, dan wanita yang selalu mensyukuri apa yang Allah anugerahi melalui usaha suaminya, banyak maupun sedikit. Pembaca yang dirahmati Allah, Inilah empat hal yang apabila telah dimiliki oleh seorang hamba maka hakekatnya dia telah menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Akhirul kalam, semoga kita mampu meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan berpedoman pada petunjuk yang telah diberikan oleh Allah dan Rosul-Nya. Amin ya robbal ‘alamin.***





Posting Komentar

0 Komentar