Oleh: Ust. Yakin A. Asyikin, S.Pd.I., M.Pd. *)
Sifat amanah merupakan akhlak para nabi sebagaimana
disebutkan dalam al Quran al Karim, Allah SWT berfirman :
Ø¥ِÙ†ِّÙŠ
Ù„َÙƒُÙ…ْ رَسُولٌ Ø£َمينٌ (Ù¡Ù Ù§)
Artinya: “
Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul yang memegang amanah (yang diutus) kepada
kalian. (QS. ASy Syu’ara [26] : 107).
Pentingnya Sifat Amanah
Amanah memiliki hubungan erat dengan keimanan. Kesempurnaan
iman seseorang terukur dari kesungguhan orang tersebut dalam menjaga dan
menjalankan amanah yang diberikan kepadanya. Allah berfirman : “Wahai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad), dan
(juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu,
sedangkan kamu mengetahui.'' (QS 8: 27).
Rosulullah SAW merupakan pribadi yang sangat amanah.
Betapa amanahnya Rasulullah sehingga semenjak kecil beliau mendapatkan gelar al
Amin yaitu orang yang dapat dipercaya (di tengah-tengah kaumnya). Orang-orang memilih beliau sebagai
pihak yang dipercaya untuk dititipi berbagai barang. Saat hijrah beliau SAW meminta
kepada Ali bin Abi Thalib agar mengembalikan semua barang titipan kepada mereka
yang menitipkannya.
Memiliki sikap amanah penting dalam menjalankan
aktivitas kehidupan sehari-hari. Sikap amanah yang dimiliki seseorang dapat menjadi
tolok ukur keberhasilan diirnya. Sebaliknya, orang yang tidak mampu menjaga amanah,
maka urusan yang diberikan kepadanya akan menjadi berantakan. Sebab, orang yang
tidak amanah, tidak akan mampu menjalankan tugasnya secara profesional. Rosulullah
SAW bersabda, dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Apabila
amanah disia-siakan maka tunggulah saat kehancurannya. Salah seorang sahabat
bertanya: ”Bagaimanakah menyia-nyiakannya wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW
menjawab: “Apabila perkara itu diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka
tunggulah saat kehancurannya.” (HR. Imam Bukhari).
Orang yang memegang amanah dituntut menjalankan amanah
tersebut dengan baik dan profesional. Allah SWT berfirman : ''Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil ....'' (QS 4: 58).
Dampak Buruk Sifat Khianat
Khianat merupakan lawan dari amanah. Sikap ini
melekat pada orang yang kurang beriman. Sikap khianat merupakan ciri orang
munafik yang diekspresikan dengan kata mengingkari janji dan tidak mampu
menjalankan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya. Orang demikian digelari
sebagai makhluk terburuk yang sangat dibenci Allah.
Allah SWT berfirman: ''Sesungguhnya
binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang kafir,
karena mereka tidak beriman. (Yaitu) orang-orang yang kamu telah mengambil
perjanjian dari mereka, sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap
kalinya, dan mereka tidak takut (akibat-akibatnya).'' (QS 8: 55-56).
Menyia-nyiakan amanah merupakan perbuatan yang
sangat dilarang oleh Rosulullah SAW, karena perbuatan tersebut merupakan
penyebab terjadinya kehancuran dalam kehidupan ummat manusia. Contoh perbuatan menyia-nyiakan
amanat adalah seseorang yang lalai dari tanggungjawabnya, atau seseorang yang mengambil
alih sebuah pekerjaan yang dia tidak memiliki pengetauhan terhadap pekerjaan
tersebut.
Kehancuran suatu masyarakat atau bangsa dikarenakan
tidak adanya sifat amanah pada
diri anggota masyarakat
tersebut. Jika seorang ayah tidak bisa menjaga amanah atas anak dan isterinya, jika seorang guru tidak mampu menjaga amanah atas anak didiknya, jika seorang tokoh tidak mampu menjaga amanah atas
masyarakatnya dan jika seorang pejabat berkhianat dengan menyalahgunakan jabatan dan kekuasaannya dengan perbuatan
korupsi dan penipuan kepada masyarakat, maka kehancuran akan terjadi dalam masyarakat tersebut.
Sikap khianat amat berbahaya bila berkembang dalam
kehidupan masyarakat. Sikap ini akan
memberikan dampak kerugian yang besar bagi pelakunya dan orang yang dikhianati.
Apabila sikap khianat melekat pada seseorang, berarti saat itu telah lepas
darinya sikap amanah. Sebab, antara amanah dan khianat tidak mungkin berkumpul
pada saat bersamaan. Rosulullah SAW
bersabda, ''Tidak mungkin berkumpul iman dan kafir dalam hati seseorang, dan
tidak mungkin pula berkumpul sifat jujur dan dusta padanya sekaligus, sebagaimana
tidak mungkin berkumpul sifat khianat dan amanah padanya secara bersamaan.''
(HR Ahmad).
Faktor Pendorong Terbentunknya Sifat
Khianat
Sifat khianat tidak
muncul secara tiba-tiba tetapi didorong oleh beberapa faktor yang mendasarinya, antara lain
sebagai berikut :
1. Cinta dunia
(hubbuddunya). Orang yang cinta dunia (berambisi terhadap
kemashuran dan harta benda duniawi) akan memudahkan ia berkhianat terhadap sesamanya.
Hal ini mendapat perhatian khusus dari Rosulullah SAW sehinga beliau bersabda :
“Cinta kepada dunia merupakan pangkal segala kesalahan ” (HR Ibnu Abi
ad-Dunia dan al-Baihaki).
2. Hasad (dengki). Kedengkian terhadap orang lain dapat membuatnya berkhianat sebagai upaya untuk melampiaskan kedengkiannya. Sebagaimana tergambar dalam kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam dan saudara-saudaranya. Karena dengki, saudara-saudara Yusuf
tega mengkhianati ayah mereka (nabi Ya’kub ) yang telah mempercayai mereka
untuk membawa Yusuf mengembalakan kambing, namun mereka membuangnya ke dalam
sumur (QS.12:7-18).
3. Ambisi. Ambisi
merupakan hasrat yang besar untuk memperoleh sesuatu yang dimiliki orang lain.
Ambisi adalah salah satu penyebab lahirnya sifat khianat. Keinginan yang kuat
untuk memiliki harta benda, kedudukan, dan jabatan seringkali menyebabkan
seseorang berkhianat kepada orang lain. Imam al-Ghazali meriwayatkan sebuah hadis Nabi SAW: ”Cinta kepada harta benda
dan kedudukan (Kebesaran) menimbulkan sifat curang di dalam hati sebagaimana
air menumbuhkan sayur-sayuran.”
4. Dendam (permusuhan). Orang yang memiliki rasa dendam akan mudah mengkhianati orang yang menjadi sasaran rasa dendamnya. Rosulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh al-Ghazali : ”Jauhilah
rasa permusuhan karena hal itu dapat menghapuskan agama”. Yang dimaksudkan
dengan menghapuskan agama disini ialah menghilangnya pengaruh ajaran agama yang
telah tertanam dalam hati seseorang.
5. Egois. Egois adalah sifat mementingkan diri sendiri. Sikap
egois akan melahirkan pribadi yang tidak memperdulikan orang lain, dan
pemilik sikap egois akan mudah
melakukan khianat terhadap orang lain. Al-Quran mencontohkan tipe orang
yang egois pada Iblis. Dikatakan bahwa semula iblis adalah mahluk Tuhan yang
patuh pada-Nya, tetapi kemudian iblis berkhianat kepada
perintah Allah SWT (QS.2:34).
Demikianlah pembahasan
pada edisi ini, semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai umat yang benar-benar
meneladani sifat Rosulullah SAW dan menjauhkan kita dari sifat tercela,
khususnya sifat khianat, sehingga terciptalah baldatun thoyyibatun wa robbun
ghofur. Amin yan robbal alamin.
*) Penulis adalah Anggota Komisi Penelitian
dan Pengkajian MUI Kab. Alor
0 Komentar
Terima Kasih telah mengunjungi dan memberikan saran komentar terhadap konten blog ini.