Header Ads Widget

test

Info Slide

18/recent/ticker-posts

Meneladani Sifat Amanah Rosulullah SAW

Oleh: Ust. Yakin A. Asyikin, S.Pd.I., M.Pd. *)

Muhammad SAW merupakan Rosul diutus Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak manusia. Pribadi Rosulullah harus diteladani seluruh umat manusia karena beliau memiliki kesempurnaan akhlak sebagai karunia Allah SWT. Salah satu akhlak terpuji Rosulullah dan para Rosul lainnya adalah pribadi yang Amanah.

Sifat amanah merupakan akhlak para nabi sebagaimana disebutkan dalam al Quran al Karim, Allah SWT berfirman :

Ø¥ِÙ†ِّÙŠ Ù„َÙƒُÙ…ْ رَسُولٌ Ø£َمينٌ (١٠٧)

Artinya:  “ Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul yang memegang amanah (yang diutus) kepada kalian. (QS. ASy Syu’ara [26] : 107).
 
 
Pentingnya Sifat Amanah
 
Amanah memiliki hubungan erat dengan keimanan. Kesempurnaan iman seseorang terukur dari kesungguhan orang tersebut dalam menjaga dan menjalankan amanah yang diberikan kepadanya. Allah berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad), dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.'' (QS 8: 27).

Rosulullah SAW merupakan pribadi yang sangat amanah. Betapa amanahnya Rasulullah sehingga semenjak kecil beliau mendapatkan gelar al Amin yaitu orang yang dapat dipercaya (di tengah-tengah kaumnya). Orang-orang memilih beliau sebagai pihak yang dipercaya untuk dititipi berbagai barang. Saat hijrah beliau SAW meminta kepada Ali bin Abi Thalib agar mengembalikan semua barang titipan kepada mereka yang menitipkannya.

Memiliki sikap amanah penting dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Sikap amanah yang dimiliki seseorang dapat menjadi tolok ukur keberhasilan diirnya. Sebaliknya, orang yang tidak mampu menjaga amanah, maka urusan yang diberikan kepadanya akan menjadi berantakan. Sebab, orang yang tidak amanah, tidak akan mampu menjalankan tugasnya secara profesional. Rosulullah SAW bersabda, dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Apabila amanah disia-siakan maka tunggulah saat kehancurannya. Salah seorang sahabat bertanya: ”Bagaimanakah menyia-nyiakannya wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab: “Apabila perkara itu diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.” (HR. Imam Bukhari).


Orang yang memegang amanah dituntut menjalankan amanah tersebut dengan baik dan profesional. Allah SWT berfirman : ''Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil ....'' (QS 4: 58).
 
 
Dampak Buruk Sifat Khianat
 
Khianat merupakan lawan dari amanah. Sikap ini melekat pada orang yang kurang beriman. Sikap khianat merupakan ciri orang munafik yang diekspresikan dengan kata mengingkari janji dan tidak mampu menjalankan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya. Orang demikian digelari sebagai makhluk terburuk yang sangat dibenci Allah.

Allah SWT berfirman: ''Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang kafir, karena mereka tidak beriman. (Yaitu) orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka, sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap kalinya, dan mereka tidak takut (akibat-akibatnya).'' (QS 8: 55-56).

Menyia-nyiakan amanah merupakan perbuatan yang sangat dilarang oleh Rosulullah SAW, karena perbuatan tersebut merupakan penyebab terjadinya kehancuran dalam kehidupan ummat manusia. Contoh perbuatan menyia-nyiakan amanat adalah seseorang yang lalai dari tanggungjawabnya, atau seseorang yang mengambil alih sebuah pekerjaan yang dia tidak memiliki pengetauhan terhadap pekerjaan tersebut.

Kehancuran suatu masyarakat atau bangsa dikarenakan tidak adanya sifat amanah pada diri anggota masyarakat tersebut. Jika seorang ayah tidak bisa menjaga amanah atas anak dan isterinya, jika seorang guru tidak mampu menjaga amanah atas anak didiknya, jika seorang tokoh tidak mampu menjaga amanah atas masyarakatnya dan jika seorang pejabat berkhianat dengan menyalahgunakan jabatan dan kekuasaannya dengan perbuatan korupsi dan penipuan kepada masyarakat, maka kehancuran akan terjadi dalam masyarakat tersebut.


Sikap khianat amat berbahaya bila berkembang dalam kehidupan masyarakat. Sikap ini akan memberikan dampak kerugian yang besar bagi pelakunya dan orang yang dikhianati. Apabila sikap khianat melekat pada seseorang, berarti saat itu telah lepas darinya sikap amanah. Sebab, antara amanah dan khianat tidak mungkin berkumpul pada saat bersamaan. Rosulullah SAW bersabda, ''Tidak mungkin berkumpul iman dan kafir dalam hati seseorang, dan tidak mungkin pula berkumpul sifat jujur dan dusta padanya sekaligus, sebagaimana tidak mungkin berkumpul sifat khianat dan amanah padanya secara bersamaan.'' (HR Ahmad).
 
 
Faktor Pendorong Terbentunknya Sifat Khianat
 
Sifat khianat tidak muncul secara tiba-tiba tetapi didorong oleh beberapa faktor yang mendasarinya, antara lain sebagai berikut :
1. Cinta dunia (hubbuddunya). Orang yang cinta dunia (berambisi terhadap kemashuran dan harta benda duniawi) akan memudahkan ia berkhianat terhadap sesamanya. Hal ini mendapat perhatian khusus dari Rosulullah SAW sehinga beliau bersabda : “Cinta kepada dunia merupakan pangkal segala kesalahan ” (HR Ibnu Abi ad-Dunia dan al-Baihaki).
2. Hasad (dengki). Kedengkian terhadap orang lain dapat membuatnya berkhianat sebagai upaya untuk melampiaskan kedengkiannya. Sebagaimana tergambar dalam kisah Nabi Yusufalaihissalam dan saudara-saudaranya. Karena dengki, saudara-saudara Yusuf tega mengkhianati ayah mereka (nabi Ya’kub ) yang telah mempercayai mereka untuk membawa Yusuf mengembalakan kambing, namun mereka membuangnya ke dalam sumur (QS.12:7-18).
3. Ambisi. Ambisi merupakan hasrat yang besar untuk memperoleh sesuatu yang dimiliki orang lain. Ambisi adalah salah satu penyebab lahirnya sifat khianat. Keinginan yang kuat untuk memiliki harta benda, kedudukan, dan jabatan seringkali menyebabkan seseorang berkhianat kepada orang lain. Imam al-Ghazali meriwayatkan sebuah hadis Nabi SAW: ”Cinta kepada harta benda dan kedudukan (Kebesaran) menimbulkan sifat curang di dalam hati sebagaimana air menumbuhkan sayur-sayuran.”
4. Dendam (permusuhan). Orang yang memiliki rasa dendam akan mudah mengkhianati orang yang menjadi sasaran rasa dendamnya. Rosulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh al-Ghazali : ”Jauhilah rasa permusuhan karena hal itu dapat menghapuskan agama”. Yang dimaksudkan dengan menghapuskan agama disini ialah menghilangnya pengaruh ajaran agama yang telah tertanam dalam hati seseorang.
5. Egois. Egois adalah sifat mementingkan diri sendiri. Sikap egois akan melahirkan pribadi yang tidak memperdulikan orang lain, dan pemilik sikap egois akan mudah melakukan khianat terhadap orang lain. Al-Quran mencontohkan tipe orang yang egois pada Iblis. Dikatakan bahwa semula iblis adalah mahluk Tuhan yang patuh pada-Nya, tetapi kemudian iblis berkhianat kepada perintah Allah SWT (QS.2:34).
 
Demikianlah pembahasan pada edisi ini, semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai umat yang benar-benar meneladani sifat Rosulullah SAW dan menjauhkan kita dari sifat tercela, khususnya sifat khianat, sehingga terciptalah baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur. Amin yan robbal alamin.
 
*) Penulis adalah Anggota Komisi Penelitian dan Pengkajian MUI Kab. Alor
 
 

Posting Komentar

0 Komentar